KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merill) DI
PERKEBUNAN DESA KUSAMBA KABUPATEN KLUNGKUNG
Putu Utari
Program Studi Biologi, Fakultas Keguruan dan
Ilmu pendidikan
Universitas Mahasaraswati Denpasar 2012
ABSTRACT
Soybean crop is one of the legumes - legumes whose seeds widely
used as food ingredients such as soy sauce, tofu, and tempeh. Soybean is one
source of vegetable protein and vegetable oil world. In indoneseia, soy is the main
protein source, although Indonesia has to import most of white soy. This occurs
because the need for white soybean in Indonesia is very high. During this time the
source of the problem in the soybean plant is a pest on plants that cause a
decrease in soybean yields. plant pests most insects. Diversity of insects found
on soybean plants in the plantation village Kusamba Klungkung is grayak caterpillar
(Spodoptera litura) and green ladybugs (Nezara Viridula). Both of these insects
are very detrimental to soybean farmers for destroying the leaves of soybean and
soybean seeds. Grayak caterpillar (Spodoptera litura) on soybean leaves and eat
the seeds - seeds that are still young will cause damage to soybean plants. green
beetle (Nezara Viridula) damaging young and old seed that will cause the seeds become
wrinkled, look - black spots and eventually rot. The influence of insects in
the garden will affect the soybean crop for farmers. By knowing the type - the
type of insects that are found in soybean farm, the farmer can make the
prevention and eradication more effectively.
Keywords: soybeans, insect, garden
PENDAHULUAN
Tanaman kedelai adalah
salah satu tanaman polong – polongan yang bijinya banyak dimanfaatkan sebagai
bahan makanan seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai merupakan salah satu sumber
protein nabati dan minyak nabati dunia. Di indoneseia, kedelai merupakan sumber
protein utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagaian besar kedelai putih.
Ini terjadi karena kebutuhan akan kedelai putih di indonesia sangat tinggi. Saat ini kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak
mengandung air, seperti di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,
Sulawesi Utara(Gorontalo), Lampung, Sumatera Selatan dan Bali.
Makanan
yang terbuat dari kedelai mempunyai jumlah isoflavon yang bervariasi,
tergantung bagaimana mereka diproses. Makanan dari kedelai seperti tahu, susu
kedelai, tepung kedelai dan kedelai utuh mempunyai kandungan isoflavon berkisar
antara 130 – 380 mg/100 gram. Kecap dan minyak kedelai tidak mengandung isoflavon.
Produk kedelai yang digunakan sebagai bahan tambahan pangan, seperti isalat dan
konsentrat protein kedelai mempunyai kandungan isoflavon yang bervariasi,
tergantung bagaimana proses pengolahannya. Misalnya, hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan alkohol dalam proses ekstraksi menghasilkan kadar
isoflavon yang rendah.
Kedelai telah menjadi
makanan sehari-hari penduduk Asia. Pada sebagian besar negara Asia, konsumsi
isoflavon diperkirakan antara 25 – 45 mg/hari. Jepang merupakan negara yang mengkonsumsi
isoflavon terbesar, diperkirakan konsumsi harian orang Jepang adalah 200
mg/hari. Di negara-negara Barat konsumsinya kurang dari 5 mg isoflavon per hari.
Perlu dilakukan peningkatan pembudidayaan tanaman kedelai disetiap wilayah di indonesia
khususnya juga di wilayah provinsi Bali. Ini perlu dilakukan untuk meningkatkan
produksi kedelai dari wilayah bali yang akan berdampak pada peningkatan mutu kedelai.
Selama ini yang menjadi sumber masalah pada tanaman kedelai adalah adanya hama
pengganggu pada tanaman yang menyebabkan terjadinya penurunan mutu dan hasil
panen kedelai. Hama yang menyerang tanaman kedelai kebanyakan adalah serangga
yang tentunya sangat mengganggu. Petani dan bahkan masyarakat belum banyak mengetahui
keanekaragaman serangga yang terdapat pada tanaman kedelai.
Di
Bali tanaman kedelai ditanaman dibeberapa daerah yang tersebar luas, salah
satunya di wilayah perkebunan Desa Kusamba Kabupaten Klungkung. Pada perkebunan
di Desa Kusamba, tanaman kedelai yang ditanam tersebut tentunya akan
menggundang beberapa serangga yang ada disekitar perkebunan. Maka perlu
diketahui keanekaragaman serangga yang ada diwilayah perkebunan desa Kusamba
Kabupaten Klungkung. Dari latar belakang diatas adapun rumusan masalah dari
makalah ini adalah: Jenis serangga apa yang terdapat pada tanaman kedelai di
wilayah perkebunan Desa Kusamba Kabupaten Klungkung? Dengan tujuan untuk
mengetahui keanekaragaman jenis serangga yang terdapadt diwilayah perkebunan
kedelai di Desa Kusamba Kabupaten Klungkung.
PEMBAHASAN
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh
tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang
menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L)
Merril). Berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, yang
dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau.
Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar
ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika
dan Afrika.
Taksonomi Tanaman Kedelai
Pada
awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama
botani, yaitu Glycine soja dan Soja max.
Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima
dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill.
Morfologi
Tanaman Kedelai
Biji kedelai berkeping dua,
terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio
terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat.
Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk
biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak
pipih. biji kedelai mempunyai ukuran
bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13g/100
biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada
varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian,
sebagian besar biji berbentuk bulat telur, Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga
setelah proses pembijian selesai, biji kedelai
dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air
berkisar 12-13%.
Biji kedelai yang kering akan
berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong
epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian
batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna
bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil
hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran.
Tanaman kedelai mempunyai akar
tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal)
tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan
berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan
ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain
berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun
unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya
bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat
nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis
dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai
terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat
mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang
kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).
Hipokotil pada proses perkecambahan
merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hopikotil
dan dua keeping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke
permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut
dinamakan epikotil.
Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 sampai 6 cabang,
tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak
bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas
(determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah
terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga
serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang,
ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama
besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga
secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur
sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe
setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.
Sebagian
besar kedelai mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Bunga
kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan
alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga
kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas
batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong
walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok
sebelum membentuk polong.
Pembentukan bunga juga dipengaruhi
oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar
matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan
merangsang pembentukan bunga. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai
daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun
sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan
varietas kedelai. Periode berbunga pada
tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu
untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan,
yaitu stadia kotiledon pada buku (nodus) pertama
tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya,
pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai.
Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai
agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau.
Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan
muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur,
mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.
Polong kedelai
pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama.
Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap
ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok.
Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan
ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat
setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi
maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh
perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak.
Ulat
Grayak (Spodoptera litura)
Ulat grayak memiliki ciri khas, yakni
adanya dua bintik hitam berbentuk bulan sabit pada tiap ruas abdomen, terutama
ruas keempat dan kesepuluh, yang dibatasi oleh garis lateral dan dorsal
berwarna kuning yang membujur di sepanjang badan. Perkembangannya bersifat
metamorfosis sempurna, terdiri atas stadia telur, ulat, kepompong, dan ngengat.
Ngengat mulai meletakkan telur pada
pertanaman kedelai umur 3 minggu setelah tanam. Setelah telur menetas, ulat
tinggal sementara di tempat telur diletakkan. Beberapa hari kemudian, ulat
berpencaran. Stadium ulat terdiri atas enam instar yang berlangsung 14 hari.
Ulat tua bersembunyi di tanah pada siang hari dan giat menyerang tanaman pada
malam hari. Ulat berkepompong di dalam tanah. Stadium kepompong dan ngengat masing-masing
8 dan 9 hari. Ngengat meletakkan telur secara berkelompok yang ditutupi
bulu-bulu halus berwarna coklat-kemerahan. Produksi telur rata-rata 1.413
butir/ekor. Stadium telur berlangsung 3 hari. Daur hidup ulat grayak dari telur
ke telur berlangsung 28 hari, sedangkan panjang hidup dari telur hingga ngengat
mati berlangsung 36 hari (Arifin, 1994).
Ulat grayak bersifat polifag. Ulat muda
memakan daun sehingga bagian daun yang tertinggal hanya epidermis atas dan
tulang-tulangnya saja. Ulat tua merusak pertulangan daun sehingga tampak
lubang-lubang bekas gigitan pada daun. Selama periode ulat instar VI yang
berlangsung 3-4 hari, 2 ekor ulat mampu menghabiskan sebatang tanaman stadium
vegetatif akhir dan 10 ekor ulat mampu menghabiskan sebatang tanaman stadia
pembentukan polong (Arifin, 1994).
Kerusakan dan kehilangan hasil karena
ulat grayak ditentukan oleh populasi dan stadia serangga, stadia tanaman, dan
tingkat kerentanan varietas kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hubungan antara populasi ulat dan hasil kedelai pada berbagai stadia tanaman
dinyatakan dengan kurva yang bersifat nonlinier asimptotik. Kurva tersebut
memiliki tipe gabungan antara kompensasi, linieritas, dan desensitisasi. Ini
berarti bahwa tanaman kedelai mampu mengkompensasi kerusakan daun. Kemampuan
tersebut terjadi apabila tanaman stadia vegetatif akhir, pembungaan, awal
pembentukan polong, dan pengisian polong, masing-masing diserang ulat grayak
kurang dari 1,9; 4,1; 3,1; dan 6,8 ekor/rumpun (Arifin, 1994).
Marfologi ulat grayak
Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau
keperakan, dan sayap belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam. Kemampuan
terbang ngengat pada malam hari mencapai 5 km. Telur berbentuk hampir bulat
dengan bagian dasar melekat pada daun (kadangkadang tersusun dua lapis),
berwarna coklat kekuningan, diletakkan berkelompok masing-masing 25−500 butir.
Telur diletakkan pada bagian daun atau bagian tanaman lainnya, baik pada
tanaman inang maupun bukan inang. Bentuk telur bervariasi. Kelompok telur
tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung
ngengat betina, berwarna kuning kecoklatan (Lukman, 2011).
Larva mempunyai warna yang bervariasi, memiliki kalung (bulan sabit) berwarna
hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh . Pada sisi lateral dorsal
terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi
coklat tua atau hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok. Beberapa hari setelah
menetas (bergantung ketersediaan makanan), larva menyebar dengan menggunakan
benang sutera dari mulutnya. Pada siang hari, larva bersembunyi di dalam tanah
atau tempat yang lembap dan menyerang tanaman pada malam hari atau pada
intensitas cahaya matahari yang rendah. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain
secara bergerombol dalam jumlah besar (Lukman, 2011).
Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah Agrothis ipsilon,
namun terdapat perbedaan yang cukup mencolok, yaitu pada ulat grayak terdapat
tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung gelap memanjang
(Lukman, 2011).
Ulat
grayak memakan daun dan memakan polong-polong yang masih muda. Daun yang
diserang ulat grayak berlubang-lubang, kemudian menjadi robek-robek. Pada
serangan berat, daun tinggal tulang-tulangnya saja. Ulat grayak menyerang
tanaman pada malam hari. Pada siang hari, ulat grayak bersembunyi di dalam
tanah atau di tempat-tempat teduh seperti di balik daun. Ulat grayak memiliki
kemampuan merusak tanaman kedelai sangat besar. Seekor ulat dewasa yang hidup
pada tanaman umur 1-2 minggu dapat menyebabkan tanaman tidak berbuah sama
sekali (Mahrita Wilis dan Muhammad Thamrin, 1994).
Kepik hijau (Nezara viridula)
Hama pengisap polong pada tanaman
kedelai yang disebabkan oleh kepik hijau (Nezara viridula) dapat menyebabkan
penurunan hasil dan bahkan dapat menurunkan kualitas biji. Akibat dari isapan
hama pengisap polong dapat menyebabkan kehampaan, terlambat tumbuh dan
terbentuk biji-biji yang cacat bentuknya yang biasanya memiliki bekas isapan.
Nezara viridula tersebar luas di
daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia, selain menyerang tanaman kedelai,
serangga ini juga menyerang tanaman padi, jagung, tembakau, kentang, cabe,
kapas dan berbagai jenis tanaman berpolong. Ciri-ciri Nezara viridula adalah Serangga
dewasa biasanya berwarna hijau yang merata pada seluruh tubuh, tetapi
kadang-kadang berwarna kuning pada bagian kepala dan protorak, dan jarang
sekali yang seluruh tubuhnya berwarna kuning, tubuhnya berbentuk segilima
seperti perisai, panjang tubuh sekitar 1-1.5 cm dan kepalanya bersungut, di
punggungnya terdapat 3 bintik berwarna hijau. Sedangkan nimfanya (kepik muda)
memiliki warna berbeda-beda tergantung perkembangan instarnya. Pada awalnya
berwarna coklat muda, kemudian berubah menjadi hitam dengan bintik-bintik
putih. Selanjutnya warna berubah menjadi hijau dan berbibtik-bintik hitam dan
putih, kepik betina dewasa bertelur pada permukaan bawah daun dan jumlahnya
mencapai 1100 butir selama hidupnya, telurnya berwarna kekuningan, kemudian berubah
menjadi kuning, tetapi menjelang menetas warnanya berubah menjadi kemerahan
(merah bata). Telur berbentuk oval agak bulat seperti tong. periode telur 4-6
hari. Perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa kurang lebih
selama 4-8 minggu. Gejala serangannya adalah nimfa dan serangga dewasa merusak
tanaman dengan cara mengisap polong kedelai. Pada polong yang masih muda dan
terserang kepik hijau menyebabkan polong tersebut menjadi kosong (hampa) dan
kempis karena biji tidak terbentuk dan polong gugur. Pada polong tua
menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik hitam yang pada akhirnya biji
menjadi busuk.
PENUTUP
Kedelai
merupakan salah satu sumber protein terbesar yang banyak dikomsumsi masyarakat.
Dalam pembudidayaan kedelai ditemui beberapa hambatan yaitu munculnya serangga
yang mengganggu proses pertumbuhan tanaman kedelai. Serangga yang banyak
terdapat pada tanaman kedelai adalah serangga ulat grayak (Spodoptera
litura) yang akan mengalami metamorphosis menjadi kupu -
kupu dan kepik hijau (Nezara
Viridula). Ulat
grayak (Spodoptera
litura) pada
kedelai memakan daun dan biji – biji yang masih muda yang akan menyebabkan
kerusakan pada tanaman kedelai. Sedangakan kepik hijau (Nezara Viridula) merusak biji yang muda dan tua yang
akan menyebabkan biji menjadi keriput, berbintik – bintik hitam dan akhirnya
busuk.
Pengaruh
adanya serangga pada kebun kedelai akan berpengaruh pada hasil panen bagi
petani. Dengan diketahuinya jenis – jenis serangga yang terdapat pada kebun
kedelai, petani dapat melakukan penanggulangan dan pemberantasan secara lebih
efektif. Saran saya adalah penelitian ini perlu lebih dikembangkan lagi agar
dapat diketahui keanekaragaman jenis serangga yang lain pada tanaman kedelai.
Selain itu penelitian ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran outdoor
bagi siswa siswi SMP mau pun SMA dalam memperlajari tentang keanekaragaman
serangga.
DAFTAR
PUSTAKA
Haerunisa, R. (2010). Ilmu hama
tumbuhan dasar. Diunggah ke http://rizkyhaerunisa08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/laporan-ilmu-hama-tumbuhan-dasar-kedelai/
Hakim,
L. (2011). Hama
Ulat Grayak (Spodoptera litura) Pada Tanaman Kedelai dan teknik pengendaliannya.
Marwanto. (1992). Intensitas Serangan Jamur
Selama Penundaan Saat Panen
dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max L. Merill).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar